Pasir merupakan salah satu media tanam hidroponik yang sering dijumpai di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara. Pasir memiliki ukuran butiran, warna, dan bentuk beragam. Berdasarkan ukuran partikelnya, pasir dibagi menjadi beberapa kelompok: kerikil lembut (2 mm), pasir sangat kasar (1,0-2,0 mm), pasir kasar (0,5-1,0 mm), pasir medium (0,25-0,5 mm), pasir lembut (0,1-0,25 mm), dan pasir sangat lembut (0,05-0,1 mm). Penggunaan pasir relatif kurang populer di kalangan pekebun hidroponik komersial di wilayah Eropa. Jenis tanmaan yang bisa dibudidayakan dengan menggunakan media tanam pasir diantaranya: kubis, mentimun, terong, selada, okra, tomat, dan turnip.
Pasir yang digunakan berupa pasir pantai yang telah "dicuci" untuk mengurangi kelebihan kadar garam. Pasir sangat mudah meneruskan air. Sifat itu menguntungkan akar dalam mendapatkan asupan nutrisi. Ketika tersiram larutan nutrisi, pasir meneruskannya hingga memungkinkan seluruh zona akar mendapatkannya. Dibandingkan kerikil, pasir dalam hal itu lebih unggul. Terlebih lagi pada skala komersial dimana operasional teknik hidroponik menggunakan tenaga listrik. Saat listrik mati, media pasir dapat menunda kematian tanaman lebih lama dibanding kerikil.
Biasanya pasir digunakan dalam hidroponik sistem run to waste karena sterilisasi pasir membutuhkan waktu lama dan risiko menyumbat saluran lebih tinggi dibandingkan kerikil, hal tersebut dapat diuntungkan dengan sistem run to waste dimana nutrisi tidak dialirkan kembali ke tanaman. Bila digunakan dalam sistem tertutup (nutrisi disirkulasikan), penularan Jamur akan berkembang cepat. Kelemahan lainnya, pasir kerap tercampur dengan pecahan kerang yang mengandung mineral kapur serta terkontaminasi bahan organik.
Perbandingan dengan media tanam rockwool, media tanam yang sangat identik dengan hidroponik.
Sumber Informasi:
-http://caratanam.com/tanaman/wp-content/uploads/2015/11/Media-Tanam-dari-Pasir.jpg
- My Trubus
0 Komentar